Kamis, 24 November 2011

The Trees and The Wild -- Kolaborasi 3 Konduktor Orkestra Alam

Interview : Hanim Nurputranto


The Trees and The Wild (TTATW), merupakan kolaborasi tiga konduktor orkestra alam. Dari tangan-tangan mereka, mampu menyajikan sebuah lagu-lagu yang dingin, teduh, dan tidak membosankan. Mereka adalah Remedy Waloni, Andra B. Kurniawan, dan Iga massardi. Lagu-lagu mereka mampu mengantarkan jiwa pendengarnya untuk  merasakan atmosfir keteduhan alam. Lagu Malino yang diambil dari nama pegunungan di sulawesi itu, merupakan salah satu lagu yang menginterpretasikan hal tersebut.

Foto: Dimas Wisnuwardono

Band dari kota Bekasi ini tengah disibukan dalam pembuatan album keduanya. Sebelumnya, album perdana mereka berjudul ‘Rasuk’ telah mendapatkan apresiasi baik dari dalam maupun luar negeri. Ditengah maraknya band ataupun musisi baru yang latah terhadap perkembangan industri musik, TTATW mampu menunjukan bahwa sejatinya musisi tak hanya dilihat dari kuantitas fans ataupun penjualan album saja, melainkan juga kualitas musik ataupun penampilan musisi itu sendiri. Hal itu telah mereka buktikan dari Majalah TIME yang telah menobatkan mereka sebagai Five New Band to Watch. Suatu hal yang membanggakan untuk perkembangan musik indie Indonesia.
Perihal tentang prestasi ataupun project mereka, simak interview singkat saya bersama Remedy Waloni, (vocal/guitar) dari The Trees and The Wild.


Oke, kita mulai dari format band. TTATW memiliki format yang menarik, dengan format tiga gitaris yaitu, akustik nylon plus vokal, akustik string, dan elektrik gitar, walaupun tak jarang juga kalian bermain dengan format full band. Apakah format tiga gitaris ini memang kalian bentuk sesuai kebutuhan musik TTATW, atau kalian ingin menyajikan sesuatu yang berbeda?

Iya, format ini sesuai kebutuhan lagu dan mood kami saat itu. Pada dasarnya kami ini juga orang yang cepat bosan, jadi sebisa mungkin ada variasi setiap waktu.

Saya tertarik pada satu baris lirik pada lagu kalian yang berjudul Kata. “Kau kan sakit dan pergi tanpa waktu yang pasti, selamanya..”. Makna sebuah lagu memang berbeda-beda, sesuai pendengarnya masing-masing memaknai lagu tersebut. Menurut TTATW sendiri, apa makna keseluruhan sebenarnya dari lagu ini?


Maknanya adalah pada akhirnya kita semua akan mati dan pergi meninggalkan orang-orang yang dekat dengan kita. Tapi yang menjadi poin adalah bagaimana kita menghabiskan waktu bersama mereka.
Lagu-lagu di Album kalian tergolong unik dalam menggunakan sebuah judul, seperti Berlin, Irish girl, Malino, Verdure, dan lain-lain. Apakah judul – judul tersebut merupakan pengalaman pribadi kalian?
Iya, semua lagu bedasarkan pengalaman pribadi dan mempunyai arti untuk saya sebagai penulis lagu/lirik.


Cover album "Rasuk"
Pemilihan nama “Rasuk” untuk nama album kalian, apakah ada alasan tersendiri untuk mengunakan nama ini? Apakah ada pesan yang ingin kalian sampaikan kepada pendengar melalui album “Rasuk” ini?

Ya. Alasannya adalah semua lagu ini merupakan hasil ekstraksi pemikiran kita selama ini dan yang kami ingin sampaikan bisa didengar di album tersebut.

Kapan album kedua dirilis? Apakah akan masih menggunakan warna musik yang sama seperti album Rasuk?


Untuk saat ini saya tidak bisa memberikan kepastian karena prosesnya masih dalam tahap yang sangat awal.




Masih ingat tempat kali pertama TTATW manggung? Bagaimana kesan panggung pertama tersebut?

Iya, pertama kali manggung bersama TTATW adalah di sebuah acara radio kampus atma jaya di Kekun Cafe, Kemang. Kesan pertama waktu itu cukup membuat kami kaget karena pertama kali bawain lagu-lagu kami tapi langsung disambut dengan encore.
Oke, sekarang mengenai karya kalian diluar album Rasuk. Belum lama ini TTATW merilis sebuah video dokumenter berjudul “Dua Tiang Tujuh Layar”, apa yang memotivasi TTATW membuat video ini?

Motivasinya adalah membuat suatu karya yang menurut kami baik dan memperlihatkan satu kebudayaan yang unik. Ya kalo bukan kita kaum muda yang memperlihatkan kebudayaan negara sendiri, siapa lagi?
Berapa lama waktu yang dihabiskan untuk membuat video/ film dokumenter “Dua Tiang Tujuh Layar” ini?
Ide cerita pinisi ini sudah ada sejak saya SMP dan akhirnya bisa terealisasi setelah album Rasuk rilis dan ketika kami mempunyai “tangan-tangan” yang mampu untuk membuat ide itu menjadi karya yang nyata. Untuk proses produksi memakan waktu sekitar 2 bulan.
Lagu – lagu kalian juga telah diinterpretasikan kedalam buku berjudul “Satu Fiksi Sepuluh Perjalanan” yang ditulis oleh Keshia Deisra. Tiap judul lagu-lagu kalian ditulis dengan sangat indah olehnya. Apakah fiksi tersebut sesuai dengan makna dari tiap-tiap lagu yang kalian tulis? Atau hanya imajinasi dari Keshia sendiri?
Terus terang berbeda, hehe. Tapi justru itu yang membuat satu karya seni menarik. Tiap orang mempunyai intrepetasi sendiri terhadap musik dan liriknya.
Sampai saat ini harapan apa yang belum tercapai oleh TTATW?
Album kedua rilis!

Beberapa waktu lalu, saya melihat melalui salah satu situs jejaring sosial, lagu-lagu kalian di album Rasuk telah dipergunakan sebagai latar musik oleh salah satu tayangan acara di tv swasta, dan digunakan tanpa seijin dari pihak TTATW. Hal ini telah membuat pendapat masyarakat yang bermacam-macam. Bagaimana opini seorang Remedy Waloni dalam hal ini?


Menurut saya, yang namanya memakai “barang” orang tanpa sepengetahuan si pemilik itu masuk kategori mencuri dan tidak sopan.




Jika lagu-lagu kalian akan dijadikan sebuah soundtrack film, film apa yang cocok untuk lagu-lagu kalian?
Akan sangat senang kalo Terence Malick dan Garin Nugroho memasukkan musik kami ke film mereka.
Oke, ini pertanyaan untuk seorang Remedy, apakah kamu mempunyai seorang tokoh yg diidolakan dan alasannya?
Ada beberapa tokoh yang saya kagumi seperti Pramoedya Ananta Toer dan Noam Chomsky.


Untuk band, sebutkan satu band di Semarang yang berhasil mencuri perhatian Remedy ?

Kami sudah beberapa kali satu panggung dengan Lipstik Lipsing, mereka mantap!

Berikan tiga rekomendasi lagu yang sedang kamu dengarkan saat ini?


Portishead – Strangers

Pg Six – Old Man On The Mountain
The Tough Alliance – First Class Riot
Terakhir, bisa berbagi tips untuk menjadi seseorang yang kreatif?
Wah ini saya juga masih mencari jawabannya :p Membaca buku? Ngobrol dengan teman? Mendengarkan musik tanpa henti? Bekerja di luar bidang zona aman kamu?




TRACK
Malino by the trees & the wild

Our Roots by the trees & the wild

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...